Ingin Kukatakan Sesuatu

Memohon Belas Kasihan Presdir Sean Yuwono! 



Memohon Belas Kasihan Presdir Sean Yuwono! 

0Setelah beberapa saat, puluhan orang masuk ke aula pernikahan. Sembilan puluh persen dari mereka adalah pria dan hanya ada tiga wanita. Rentang usia mereka 20 hingga 40 tahun.     

Mereka semua dibawa masuk oleh pemuda tadi. Pemuda itu memperkenalkan pada orang-orang ini, "Ini adalah Direktur Singgih, sementara kedua beliau ini adalah Direktur Cahyadi dan istrinya, Giana Wangsa."     

Puluhan orang buru-buru tersenyum dan menyapa, "Selamat malam, Direktur Singgih! Selamat malam, Direktur Cahyadi!"     

Segerombolan orang ini membuat Singgih dan Cahyadi merasa bahwa mereka berdua masih sangat terhormat. Cahyadi melihat sekilas dari kejauhan dan tiba-tiba merasa bahwa banyak di antara mereka yang terlihat tidak asing.     

Cahyadi berjalan mendekat dan bertanya dengan nada mengejek, "Menurut sopir ayahku, kalian semua menjalankan perusahaan? Perusahaan macam apa yang kalian jalankan? Coba jelaskan!"     

"Perusahaan saya bernama Sukses Jaya!"     

"Nama perusahaan saya Sky Field Online Games!"     

"Perusahaan saya adalah Perusahaan Hidup Sehat."     

"..."     

Mereka semua berbondong-bondong menyebutkan nama perusahaan masing-masing. Namun, wajah Cahyadi tiba-tiba berubah pucat begitu mendengar nama-nama perusahaan ini. Cahyadi tahu semua perusahaan itu. Selain itu, dia juga berinvestasi di semua perusahaan itu.     

Cahyadi mulai emosi dan memaki, "Kalian semua perusahaan sampah yang sudah bangkrut dan membuatku kehilangan uang!"     

Cahyadi telah berinvestasi di ratusan perusahaan selama beberapa waktu ini. Namun, ketika menginvestasikan uangnya, dia tidak bertemu dengan setiap pemilik perusahaan. Jika Cahyadi sudah memilih, anak buahnya yang akan mengerjakannya. Jadi, mereka yang barusan datang ke sana tidak saling mengenal dengan Cahyadi.     

Melihat ini semua, Singgih mulai panik dan buru-buru bertanya, "Cahyadi, apa kamu menginvestasikan uangmu pada mereka? Perusahaan mereka semuanya bangkrut? Cepat katakan pada Ayah! Berapa banyak yang tersisa dari uang 1 triliun pemberian Ayah?!"     

Cahyadi tidak berani berbohong dan menjawab sambil berbisik, "Semuanya hilang."     

Plak!     

Singgih langsung menampar wajah Cahyadi dan membentaknya dengan penuh emosi, "Dasar tukang buang-buang uang! 1 triliun! 1 triliun kamu hilangkan semuanya dengan begitu cepat!"     

Bahkan Giana tidak bisa memercayai ini semua. Seolah-olah baru terjadi kemarin, Cahyadi mengatakan bahwa ayahnya memberikan 1 triliun dan dia juga berjanji akan mendapatkan 10 triliun untuk Giana. Tetapi, sekarang tidak ada sepeser pun yang tersisa.     

Cahyadi menangis sambil menutupi wajahnya, menunjuk ke arah Sean, dan berkata dengan suara gemetar, "Ayah, Sean si bajingan itu menjadikanku sebagai sasarannya!"     

Cahyadi menunjuk ke arah Sean begitu saja. Ketika melihat puluhan orang tersebut, dia langsung berlari ke arah Sean.     

Kerumunan orang di sana langsung bergegas dan berebut untuk mendekati Sean. Singgih, Cahyadi, dan Giana berusaha menghadang mereka. Puluhan orang pun menabrak ketiganya yang menghalangi jalan seperti bom-bom car.     

"Hei! Kenapa kalian berlari sembarangan?!"     

Singgih yang lagi-lagi ditabrak langsung memaki dengan kesal. Giana juga terus berteriak. Namun, puluhan orang itu tidak peduli meskipun sudah menabrak tuan rumah pesta pernikahan ini. Lagi pula, sejak awal mereka memang bukan datang untuk bertemu dengan keluarga Pangestu.     

Ketika puluhan bos bisnis kecil tersebut datang menghampiri Sean, mereka semua berperilaku baik. Mereka menjaga jarak dua meter dari Sean dan semuanya berlutut di tanah.     

"Presdir Sean! Mohon kasihani kami!"     

"Presdir Sean! Mohon kasihani kami!"     

Puluhan bos perusahaan berlutut di depan Sean dan memohon belas kasihan dengan serentak. Kejadian itu sontak membuat semua pengusaha yang ada di sana ketakutan.     

"Ternyata orang-orang ini bukannya datang karena mengagumi Direktur Singgih, melainkan datang untuk menemui Presdir Sean!"     

"Presdir Sean benar-benar hebat! Dia bahkan bisa menghancurkan begitu banyak perusahaan ini sendirian! Benar-benar mengerikan!"     

"Sean Yuwono pasti orang nomor satu di dunia bisnis Jakarta!"     

Sementara itu, Sean sendiri meminum teh dan perlahan berkata, "Selama keluarga Pangestu berhenti menginvestasikan uang di perusahaan kalian, tentu saja saya tidak akan menjadikan kalian sebagai sasaran lagi."     

Puluhan orang tersebut sama-sama bangkit saat mendengar kata-kata Sean, lalu menoleh dan berteriak pada Cahyadi.     

"Cahyadi, jangan beri kami uang lagi!"     

"Sial! Ternyata aku jadi sasaran karenamu! Kamu tidak boleh menyerang perusahaanku lagi!"     

"Cahyadi, kamu harus mengganti kerugianku!"     

Puluhan bos bisnis kecil di sana berteriak pada Cahyadi dan teriakan mereka semua bersahut-sahutan.     

Singgih sangat marah dan berteriak, "Segera usir orang-orang ini!"     

Sejak awal keluarga Pangestu sudah tahu bahwa Sean memiliki keterampilan ilmu bela diri, jadi mereka sudah menyiapkan banyak jagoan yang gagah perkasa untuk menghadapi mantan suami Giana ini. Semua orang ini masuk dan membawa puluhan bos tadi keluar.     

Para bos bisnis kecil tadi masih belum menyerah.     

"Kami datang dengan memberikan hadiah uang sebesar 20 juta! Atas dasar apa kalian mengusir kami?!"     

"Singgih, kamu tidak tahu malu! Bisa-bisanya kamu menyuruh kami yang baru saja masuk ini untuk langsung keluar begitu saja?! Apa karena kamu ingin mendapatkan uang ratusan juta dari kami?"     

Singgih menjadi sangat malu mendengarnya. Dia adalah putra keluarga Pangestu. Bagaimana mungkin dia peduli pada ratusan juta dari orang-orang itu? Singgih pun segera berkata, "Kembalikan semua hadiah mereka! Berikan pada mereka dua kali lipat!"     

Singgih sangat marah sehingga dia memilih menghabiskan ratusan juta lebih demi melindungi harga diri keluarga Pangestu.     

Setelah puluhan bos bisnis kecil tadi pergi, Singgih bergegas menghampiri Sean dengan penuh emosi dan berkata, "Presdir Sean, saya tidak tahu bagaimana Cahyadi sudah menyinggung Anda, tapi tidak seharusnya Anda menjadikannya sebagai sasaran seperti ini! Putra saya sudah kehilangan 1 triliun! Seharusnya kerugian Anda juga lebih dari 1 triliun, bukan?"     

Singgih tahu betul bahwa untuk membuat sebuah perusahaan bangkrut dalam waktu sesingkat itu, kecuali dengan menggunakan cara yang tercela, orang tersebut pasti harus menggunakan lebih banyak uang untuk dapat menghabisi perusahaan lawan. Dengan cara seperti ini, uang yang terbuang tentu semakin banyak.     

Sejak sebelum datang kemari, Sean memang tidak berencana untuk berdamai dengan keluarga Pangestu. Karena amarah Singgih sekarang sudah meledak, Sean sudah tidak peduli lagi.     

"Apa yang dilakukan putra Anda bisa Anda tanyakan sendiri padanya. Sementara, seberapa banyak uang yang saya buang, tidak perlu Anda khawatirkan," kata Sean, "Di mata saya, uang senilai 1 triliun lebih ini bukanlah apa-apa."     

Giana merasa seperti sedang bermimpi saat mendengar kalimat terakhir Sean. Uang senilai 1 triliun bukan apa-apa di mata Sean? Tetapi, Giana mengkhianati Sean hanya untuk uang ini!     

Singgih sudah menduga bahwa insiden ini pasti ada hubungannya dengan Giana. Namun, karena Cahyadi sudah menikah dengan Giana, dia harus melindungi mereka berdua.     

"Dengar-dengar, Presiden Sean selalu berada di luar Jakarta. Seperti kata pepatah, naga yang kuat tidak akan bisa melawan ular setempat. Presdir Sean memang kaya dan kami keluarga Pangestu memang tidak bisa dibandingkan dengan Anda, tapi kami sudah berada di Jakarta selama beberapa dekade," kata Singgih.     

Singgih melanjutkan, "Saya sudah memiliki banyak teman di Jakarta selama beberapa dekade terakhir, termasuk beberapa saudara dari Tanah Abang. Jika saudara Tanah Abang saya tahu bahwa seseorang berani menjadikan putra saya sebagai sasarannya seperti ini, sepertinya mereka tidak akan melepaskan Anda! Bahkan mungkin mereka bisa melakukan sesuatu di luar hukum!"     

Singgih sedang mengancam Sean. Chintia menjadi marah dan menyahut, "Singgih, kamu berani mengancam Presdir Yuwono?!"     

Sean mengulurkan tangannya, memberi isyarat pada Chintia untuk tidak usah marah-marah, dan berkata dengan tenang, "Direktur Singgih bersedia memberi saya pelajaran? Saya sudah tidak sabar menantikannya. Entah siapa kira-kira saudara dari Tanah Abang itu? Saya juga ingin bertemu dengannya."     

"Hah! Sebentar lagi kamu akan bertemu dengannya," kata Singgih. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon, "Tuan Andy, apa Anda sudah sampai?"     

Orang di seberang telepon menjawab, "Sudah sejak tadi di pintu masuk!"     

Singgih langsung membalas, "Oh, Anda sudah sampai? Kenapa tidak masuk? Saya akan segera keluar menjemput Anda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.